Kamis, 19 November 2015



PENDIDIKAN
TEORI, ARUS PERUBAHAN DAN KECENDERUNGAN SERTA PENGEMBANGAN KONSEP DITINJAU DARI SISI AGAMA, PSIKOLOGI DAN SOCIAL BUDAYA

Faizal Djabidi
Dosen STIT Al-Khairiyah Cilegon Banten

Abstrak
Pendidikan adalah hak bagi seluruh anak Indonesia terlepas banyak permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini berkutat pada Rendah dan minimnya Kualitas peserta didik dan tenaga pendidik sehingga tidak mampu bersaing ditingkat regional maupun internasional serta sarana-dan prasarana di sekolah yang tidak memadai sebagai penunjang dalam pembelajaran sehingga minimnya ide –ide kreatif dari tenaga pendidik dalam konsep manajemen Pengembangan kurikulum ditambah dengan inkonsistensi kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional dan tidak efektifnya pendidikan di Indonesia memicu efisiensi pengajaran di sekolah. Standarisasi pendidikan di Indonesia yang Rancu berpihak kepada kebijakan politik sektoral sehingga menghasilkan keputusan yang tidak tepat sasaran dan perilaku warisan para birokrat pendidikan yang ingin dilayani bukan melayani masyarakat pendidikan, terbatasnya alokasi anggaran pendidikan, distribusi tenaga pendidik atau guru yang tidak merata di Indonesia akibat tidak jelasnya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur khusus berkaitan dengan distribusi guru, kebijakan pendidikan dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan di daerah dan di pusat, Belum adanya konsep dan metode baku tentang pemerataan kualitas pendidikan sehingga terjadi dikotomi kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.
Permasalahan pendidikan dapat diselesaikan dengan cara merumuskan akar dan inti dari permasalahan tersebut diantaranya adalah  1) memahami konsep dari pendidikan yang mencakup maksud dari pendidikan dan rumusan berbagai aspek tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional serta sasaran pendidikan atau konsep peserta didik dalam pelaksanaan proses pendidikan berkaitan dengan tenaga kependidikan dan prosedur yang ditempuh dalam proses pendidikan mengacu pada pemahaman tentang konsep kurikulum pembelajaran dan belajar. 2) arus perubahan dan kecenderungan pendidikan yang tidak lagi mengutamakan sesuatu yang bersifat administratif melainkan pada proses pematangan kualitas hasil. 3) pengembangan konsep ditinjau dari sisi agama psikologi dan budaya

Kata Kunci : Pendidikan, Konsep, Perubahan, Pengembangan




Fakta
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas hidup. Melalui proses tersebut diharapkan manusia dapat memahami apa arti dan hakikat hidup serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena itulah focus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul dengan menitik beratkan pada proses pematangan kualitas logika hati,akhlak dan keimanan dan puncak kehidupan adalah tercapainya titik kesempurnaan kualitas hidup[1]
Sebagai suatu proses pendidikan dimaknai sebagai semua tindakan yang mempunyai efek pada perubahan watak, kepribadian, pemikiran dan perilaku dan hakikatnya pendidikan adalah proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran dan dari buruknya hati akhlak dan keimanan[2]
Pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan “ Manusia “ yang berkwalitas lahir batin. Otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tentram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang disegala bidang.
Berbicara mengenai kualitas sumberdaya manusia Islam memandang bahwa pembinaan sumberdaya manusia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran mengenai manusia itu sendiri, dengan demikian Islam memiliki konsep yang sangat jelas, utuh dan komprehensif mengenai pembinaan sumberdaya manusia. Konsep ini tetap aktual dan relevan untuk diaplikasikan sepanjang zaman[3]
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, keberhasilan dan kegagalan pendidikan di sekolah sangat bergantung pada guru, kepala sekolah dan pengawas, karena ketiga figur tersebut merupakan kunci yang menetukan serta menggerakan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain[4]
Baru-baru ini Badan internasional PBB, United Nations Development Programme (UNDP) mengeluarkan laporan negara-negara menurut peringkat Human Development Index (HDI). Negara kita ada di peringkat 111 dari 175 negara. Yang memprihatinkan, kualitas manusia Indonesia benar - benar jauh lebih lebih rendah dari Singapura (25), Brunei (33), Malaysia (58), Thailand (76), dan Filipina (83). Bahkan lebih rendah dari negara-negara "terbelakang" seperti Kirgistan (110), Guinea-Katulistiwa (109), dan Aljazair (108)[5].
Permasalahan-permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa ini berkutat pada Rendah dan minimnya Kualitas peserta didik, dan Kompetensi tenaga pendidik, sarana-dan prasarana Pembelajaran, Minimnya ide –ide kreatif dan Konsep dalam Manajemen Pengembangan kurikulum, inkonsistensi kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional, tidak Efektifnya pendidikan di Indonesia, Efisiensi pengajaran di sekolah yang masih bermasalah, Standarisasi pendidikan di Indonesia yang Rancu berpihak kepada kebijakan politik sektoral, perilaku warisan para birokrat pendidikan yang ingin dilayani bukan melayani masyarakat pendidikan, terbatasnya alokasi anggaran pendidikan, distribusi tenaga pendidik atau guru yang tidak merata di Indonesia akibat tidak jelasnya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur khusus berkaitan dengan distribusi guru, kebijakan pendidikan dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan di daerah dan di pusat, Belum adanya konsep dan metode baku tentang pemerataan kualitas pendidikan sehingga terjadi dikotomi kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan

Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan
  1. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
  2. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas
  3. PP No 23 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan
  4. PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan

Rumusan Masalah
1.      Pengertian dan Teori Pendidikan
2.      Arus perubahan dan Kecenderungan Pendidikan
3.      Pengembangan Konsep Pendidikan ditinjau dari sisi Agama, Psikologi dan social Budaya

Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan adalah untuk mendeskripsikan tentang Pendidikan dikaji dari Teori, Arus Perubahan dan kecenderungan serta Pengembangan Konsepnya ditinjau dari sisi Agama, Psikologi dan Social Budaya

2.      Tujuan Khusus
Tujuan Khusus yang ingin diperoleh dari penulisan ini adalah
1)      Pengertian dan Teori Pendidikan
2)      Arus perubahan dan Kecenderungan Pendidikan
3)      Pengembangan Konsep Pendidikan ditinjau dari sisi Agama, Psikologi dan social Budaya

Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan dibidang ekonomi yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional[6]
Menurut Oemar Hamalik (2012:75) untuk memahami konsep pendidikan secara umum maka dapat diajukan berbagai pertanyaan sebagai berikut :
a.       Apa : apa yang dimaksud dengan pendidikan ? pertanyaan ini menuntut jawaban mengenai definisi pendidikan
b.       Mengapa : pertanyaan tentang apa tujuan pendidikan yang hendak dicapai? Jawaban atas pertanyaan ini adalah rumusan berbagai aspek tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional
c.       Untuk siapa : pertanyaan ini berkenaan dengan siapa yang menjadi sasaran pendidikan  ? pertanyaan ini berkenaan dengan  siapa yang menjadi sasaran pendidikan ? jawaban atas pertanyaan ini adalah konsep peserta didik
d.      Oleh siapa : pertanyaan ini bertalian dengan siapa yang melaksanakan proses pendidikan ? jawaban atas pertanyaan tersebut adalah pemahaman mengenai tenaga kependidikan
e.       Bagaimana : pertanyaan ini berkenaan dengan cara dan prosedur yang ditempuh dalam proses pendidikan . jawaban atas pertanyaan ini adalah pemahaman tentang konsep kurikulum pembelajaran dan belajar
Teori Pendidikan
Pendidikan sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia , karena selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia. Berikut ini akan dikemukakam beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli :
1)      Carter V. Good (1977 :1 ) mengemukakan bahwa :Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan social dan mengembangkan kepribadiaannya.[7]
2)      Frederick J. Mc Donald Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan seseorang.
3)      KI Hajar Dewantara Pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan lingkungannya.
4)      S.A. Bratanata dkk (1991 : 69 ) Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan[8]
Arus Perubahan dan Kecenderungan Pendidikan
Sudah banyak Kebijakan yang disusun oleh pemerintah demi memajukan pendidikan di Negara ini dari Strategi, langkah-langkah serta peningkatan kesejahteraan guru melalui sertifikasi guru diharapkan untuk lebih berinovasi, dalam pembelajaran dikelas sebagai sarana peningkatan kualitas menuju siswa yang berkompeten dan berdaya saing
Pendidikan tidak stagnan dan terus akan berkembang mengikuti zaman seiring dunia ini masih ada oleh karenanya pemerintah, guru siswa dan masyarakat serta komite harus siap dalam menghadapi arus perubahan dan kecenderungan pendidikan diantaranya adalah:
1.      Kemajuan teknologi informasi mengubah konsep, strategi dan praktek pembelajaran di kelas. Guru dituntut untuk terus menerus-menerus belajar jika ingin menyesuaikaan dengan tuntutan zaman.
2.      Proses pembelajaran yang bersifat konvensional dinilai sudah tidak cukup relevan dengan berbagai perubahan yang terjadi. Metode pembelajaran harus bervariasi.
3.      Sekolah juga dituntut menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi. Suasana dan fasilitas sekolah harus mendukung perubahaan-perubahan tersebut.
4.      Persaingan global, menuntut setiap komunitas sekolah dengan seluruh pemangku kepentingan (stake holders) juga lakukan perubahan dituntut untuk secara terus menerus memikirkan kemajuan sekolah dan menciptakan budaya sekolah yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
5.      Di sisi lain birokrasi pendidikan harus mau menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan eksternal yang amat cepat itu. Aparat yang bertugas untuk menentukan kebijakan makro dunia pendidikan harus proaktif dan tanggap menyikapi berbagai perubahan yang terjadi.
6.      Dilihat dari sisi budaya akademik (yang menjadi nyawa/roh dunia pendiddikan); perubahan yang amat cepat ini bisa menjebak kita untuk hanya melakukan perubahan-perubahan di tataran fisik tanpa mengubah esensi pendidikan sebagai wahana untuk mendampingi kaum muda menemukan jatidiri mereka sehingga mereka dapat berkembang dan mampu menjawab persoalan-persoalan hidup dan sekaligus mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
7.      Sekolah-sekolah ditantang untuk semakin cerdas meniti arus perubahan zaman yang luarbiasa hebat ini melalui pilihan-pilihan yang tidak menghilangkan esensi dasar pendidikan untuk ’memanusiakan manusia muda’.


Dalam konteks perubahan cepat tersebut, guru tetap harus memiliki peran yang amat besar. Karenanya mereka harus mendapatkan perhatian yang sungguh serius. Harga diri, martabat dan kesejahteraan lahir dan batin harus masuk dalam skala prioritas perhatian para penentu kebijakan.
Menurut Dedi Mulyasana (2012:23) tuntuan perubahan pendidikan secara perlahan bergeser kearah yang lebih terbuka profesional dan Demokratis. Dampak dari itu semua ditenggarai akan terjadi pergeseran paradigma pendidikan. Hal itu akan terlihat dari gejala sebagai berikut :
a.       Kekuatan simbol Ijazah akan bergeser ke kekuatan kemampuan performa
b.      Kekuatan individu akan bergeser ke kuatan jaringan
c.       Kekuatan formal akan bergeser ke daya pengaruh
d.      Persaingan akan bergeser dari harga ke layanan dan kualitas
e.       Persaingan akan bergeser dari darat ke dunia maya, oleh karena itu jangan jual tenaga, keterampilan ilmu semata, tapi jualah kepercayaan
f.       Sisteam evaluasi belajar yang hanya mengukur hafalan dan daya ingat akan bergeser ke evaluasi kemampuan total
g.      Sumber dan sarana belajar konvensional akan bergeser ke sumber dan sarana belajar berteknologi tinggi
h.       Sistem respon bergeser dari reward dan punishment ke positve thinking
i.        Kebutuhan kelas akan bergeser dari kebutuhan mencari guru yang pintar ke guru yang mampu memintarkan anak
j.        Sekolah bukan sekedar mendidika anak yang pintar tapi justru memintarkan anak yang berkebutuhan khusus
k.      Pendekatan keseragaman yang bersifat statis akan bergeser ke pendekatan keragaman fungsional. Berpakaian rapih, duduk yang tertib datang dan pulang tepat waktu belum cukup menggambarkan keberhasilan proses pendidikan
l.        Pembelajaran formalistik akan bergeser ke pembelajaran fungsioanal dengan menekankan pada penguatan logika iman dan hati

Gejala pergeseran tersebut akan memaksa pendidikan dikelola secara terencana dengan tujuan yang jelas dan terukur hasilnya, proses pembelajaran dan pendidikan lebih menekankan pada kualitas proses daripada kuantitas hasil. Manajemen pendidikan tidak lagi mengutamakan sesuatu yang bersifat administratif melainkan pada proses pematangan kualitas hasil

Pengembangan Konsep Pendidikan ditinjau dari sisi Agama, Psikologi dan social Budaya

1.      Pendidikan ditinjau dari Sisi Agama
Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT dijadikan pedoman hidup (way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapanpun masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan. Salah satu permasalahan  yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan.
Al-Qur’an memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, jika al-Qur’an dikaji lebih mendalam akan ditemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang dapat dijadikan inspirasi pengembangan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam al-Qur’an berkaitan dengan pendidikan antara lain; Menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat .
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur’an dengan istilah ‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi rabba ,  mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ berarti nama Allah. Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun, rabbani. Sebaiknya dalam hadis digunakan istilah rabbani. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda.
Pendidikan merupakan arti dari kata ‘Tarbiyah’ kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabba-yarbu yang bertambah, tumbuh, dan ‘rabbiya- yarbaa’ berarti menjadi besar, serta ‘rabba-yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara[9].
Pendidikan mempunyai tujuan dan maksud yang luas sehingga banyak dari para ahli mendefinisikan tentang tujuan pendidikan islam sebagai hasil breakdown pengertian dari al-quran  diantaranya adalah :
1)      Ahmad D Marimba; tujuan pendidikan Islam adalah; identiuk dengan tujuan hidup orang muslim. Tujuan hidup manusia munurut Islam adalah untuk menjadi hamba allah. Hal ini mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya .
2)      Ali Ashraf; ‘tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umunya”
3)      Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”
4)      Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh
2.      Pendidikan ditinjau dari Sisi Psikologi
Untuk mengetahui lebih rinci tentang Pendidikan ditinjau dari sisi psikologi sedikitnya kita harus memahami tentang aliran psikologi tersebut untuk aliran psikologi terbagi menjadi dua bagian aliran psikologi tingkah laku dan aliran psikologi kognitif




a.       Aliran Psikologi
1)      Aliran psikologi tingkah laku
Aliran psikologi tingkah laku menekankan pada perilaku manusia sebagai objeknya dalam hal ini kepemimpinan. Aliran ini terdiri dari teori pengaitan, penguatan dan hirarki belajar.
a)      Teori  Pengaitan.
Teori pengaitan dipelopori oleh Edward L. Thorndike (Orton, 1991:39; Resnick dan Ford, 1981:13). dengan percobaannya yang menggunakan beberapa jenis hewan, ia mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori “pengaitan” (connectionism). Teori tersebut menyatakan belajar pada hewan dan manusia pada dasrnya berlangsung menurut prinsip yang sama yaitu, belajar merupakan peristiwa terbentuknya ikatan (asosiasi) antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R)  yang diberikan  atas stimulus tersebut
Selanjutnya Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13; dalam Hudojo,1991:15-16 mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (2) Hukum Latihan (law of exercise), (3) hukum Akibat (law of effect).
b)      Teori Penguatan B.F. Skinner
Skinner mengembangkan tori belajarnya juga dari hasil percobaan dengan menggunakan hewan. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat membentuk tingkah laku manusia melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant conditioning) dan penguatan.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi suatu tingkah laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku tersebut diperkuat.  Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku.
Dari kedua teori ini dapat ditarik kearah personal dalam memimpin sebuah lembaga atau instansi bahwa secara psikologi gaya kepemimpinan seseorang berpengaruh pada proses ia menjalani hidup sehari-hari, karena itu adalah alamiah dasar manusia semenjak lahir hingga meninggal, sehingga gaya kepemimpinnya   banyak dipengaruhi oleh factor dari dalam diri sendiri, adapun faktor exsteren dipengaruhi oleh 1) ilmu pengetahuan yang dipelajarinya 2) pengalaman organisasi 3) literatur dan teori dalam kehidupan nyata.
2)      Aliran Psikologi Kognitif
Teori kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan behavioral yang bersifat jasmani, meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respon atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Hal senada juga disampaikan oleh Riyanto(2010) Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat komplek. Menurut teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah tetap mengalir, dan menyeluruh.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibakan proses mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.

3.      Pendidikan ditinjau dari Sisi Sosial Budaya
Pendidikan merupakan investasi besar bagi suatu negara. Pendidikan menyangkut kepentingan semua warga negara, masyarakat, negara, institusi-institusi dan berbagai kepentingan lain. Ini disebabkan pendidikan berkaitan erat dengan outcomenya berupa tersedianya SDM yang handal untuk menyuplai berbagai kepentingan. Oleh sebab itu titik berat pembangunan pendidikan terletak pada peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang, serta perluasan kesempatan belajar pada pendidikan dasar. Pendidikan memegang kunci keberhasilan suatu negara di masa depan. Namun kenyataan membuktikan, khususnya di Indonesia, pendidikan masih belum dipandang vital, khususnya oleh para pemegang tampuk kepemimpinan negara.
Menurut Tilaar (2004), pendidikaan saat ini telah direduksikan sebagai pembentukan intelektual semata sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya dan hilangnya identitas lokal dan nasional

Pendidikan dilihat dari sisi social budaya terdapat fungsi landasan diantara fungsinya adalah
1)       mewujudkan masyarakat yang cerdas
2)      Transmisi budaya
3)      Pengendalian Sosial
4)      Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT
5)      Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Landasannya adalah :
1)      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain
2)      Hubungan kemanusiaan
3)      Pengaruh sekolah pada anggotanya
4)      Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga


DAFTAR PUSTAKA


ü  Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
ü  al-Abrasy M. Athiyah. 1968. At-Tarbiyah al-Islamiyah (terj; Bustami A.Goni, dan Djohar Bakry) Bulan Bintang. Jakarta.
ü  Al-Abrasy M. Athiyah. 1969. At-Tarbiyah al-Islamiyah wal Falsafatuha, Isa al-Baby al-Halaby.Qahirah
ü  Carter V Good, 1977, Konsep Pendidikan Moral
ü  Dedi Mulyasana,2012  Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung : Remaja Rosda Karya
ü  Hamalik,Oemar, 2012, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Rosdakarya Bandung Hal.75
ü  http:siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/education.pdf
ü  Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
ü  SA Bratananta, 1991, Ilmu Pendidikan, UNY Press Jogjakarta
ü  Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta UU Sikdiknas. 2006
ü  Tafsir Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Rosda Karya. Bandung
ü  Yatim Riyanto, 2010, Paradigma Baru pembelajaran, Jakarta:Kencana



[1] Dedi Mulyasana,2012  Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung : Remaja Rosda Karya
[2]Ibid Hal 2
[3] Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
[4] Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
[5] http:siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/education.pdf
[6] Hamalik,Oemar, 2012, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Rosdakarya Bandung Hal.75
[7] Carter V Good, 1977, Konsep Pendidikan Moral
[8] SA Bratananta, 1991, Ilmu Pendidikan, UNY Press Jogjakarta
[9] Tafsir Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Rosda Karya. Bandung