PENDIDIKAN
TEORI,
ARUS PERUBAHAN DAN KECENDERUNGAN
SERTA PENGEMBANGAN
KONSEP DITINJAU DARI SISI AGAMA, PSIKOLOGI DAN SOCIAL BUDAYA
Faizal Djabidi
Dosen STIT
Al-Khairiyah Cilegon Banten
Abstrak
Pendidikan adalah hak bagi seluruh anak
Indonesia terlepas banyak permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini berkutat
pada Rendah dan minimnya Kualitas peserta didik dan tenaga pendidik sehingga
tidak mampu bersaing ditingkat regional maupun internasional serta sarana-dan
prasarana di sekolah yang tidak memadai sebagai penunjang dalam pembelajaran
sehingga minimnya ide –ide kreatif dari tenaga pendidik dalam konsep manajemen
Pengembangan kurikulum ditambah dengan inkonsistensi kebijakan penyelenggaraan
pendidikan nasional dan tidak efektifnya pendidikan di Indonesia memicu efisiensi
pengajaran di sekolah. Standarisasi pendidikan di Indonesia yang Rancu berpihak
kepada kebijakan politik sektoral sehingga menghasilkan keputusan yang tidak
tepat sasaran dan perilaku warisan para birokrat pendidikan yang ingin dilayani
bukan melayani masyarakat pendidikan, terbatasnya alokasi anggaran pendidikan, distribusi tenaga pendidik
atau guru
yang tidak merata di Indonesia akibat tidak jelasnya peraturan atau perundang-undangan
yang mengatur khusus berkaitan dengan distribusi guru, kebijakan pendidikan
dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan di daerah dan di pusat, Belum adanya
konsep dan metode baku tentang pemerataan kualitas pendidikan sehingga terjadi
dikotomi kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.
Permasalahan pendidikan dapat diselesaikan dengan
cara merumuskan akar dan inti dari permasalahan tersebut diantaranya adalah 1) memahami konsep dari pendidikan yang
mencakup maksud dari pendidikan dan rumusan berbagai aspek tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional serta sasaran pendidikan atau konsep peserta didik
dalam pelaksanaan proses pendidikan berkaitan dengan tenaga kependidikan dan
prosedur yang ditempuh dalam proses pendidikan mengacu pada pemahaman tentang
konsep kurikulum pembelajaran dan belajar. 2) arus perubahan dan kecenderungan
pendidikan yang tidak lagi mengutamakan sesuatu
yang bersifat administratif melainkan pada proses pematangan kualitas hasil. 3)
pengembangan konsep ditinjau dari sisi agama psikologi dan budaya
Kata Kunci : Pendidikan, Konsep, Perubahan, Pengembangan
Fakta
Pendidikan pada
hakikatnya adalah proses pematangan kualitas hidup. Melalui proses tersebut diharapkan
manusia dapat memahami apa arti dan hakikat hidup serta untuk apa dan bagaimana
menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena itulah focus
pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul dengan menitik
beratkan pada proses pematangan kualitas logika hati,akhlak dan keimanan dan
puncak kehidupan adalah tercapainya titik kesempurnaan kualitas hidup[1]
Sebagai suatu
proses pendidikan dimaknai sebagai semua tindakan yang mempunyai efek pada
perubahan watak, kepribadian, pemikiran dan perilaku dan hakikatnya pendidikan
adalah proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan,
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran dan dari buruknya hati akhlak
dan keimanan[2]
Pendidikan
adalah merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan bangsa tersebut.
Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan “ Manusia “ yang
berkwalitas lahir batin. Otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tentram.
Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan
terbelakang disegala bidang.
Berbicara mengenai
kualitas sumberdaya manusia Islam memandang bahwa pembinaan sumberdaya manusia
tidak dapat dilepaskan dari pemikiran mengenai manusia itu sendiri, dengan
demikian Islam memiliki konsep yang sangat jelas, utuh dan komprehensif
mengenai pembinaan sumberdaya manusia. Konsep ini tetap aktual dan relevan
untuk diaplikasikan sepanjang zaman[3]
Dalam konteks
otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, keberhasilan dan kegagalan
pendidikan di sekolah sangat bergantung pada guru, kepala sekolah dan pengawas,
karena ketiga figur tersebut merupakan kunci yang menetukan serta menggerakan
berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain[4]
Baru-baru ini Badan
internasional PBB, United Nations Development Programme (UNDP) mengeluarkan
laporan negara-negara menurut peringkat Human Development Index (HDI). Negara
kita ada di peringkat 111 dari 175 negara. Yang memprihatinkan, kualitas manusia
Indonesia benar - benar jauh lebih lebih rendah dari Singapura (25), Brunei
(33), Malaysia (58), Thailand (76), dan Filipina (83). Bahkan lebih rendah dari
negara-negara "terbelakang" seperti Kirgistan (110),
Guinea-Katulistiwa (109), dan Aljazair (108)[5].
Permasalahan-permasalahan
pendidikan yang dihadapi bangsa ini berkutat pada Rendah dan minimnya Kualitas
peserta didik, dan Kompetensi tenaga pendidik, sarana-dan prasarana
Pembelajaran, Minimnya ide –ide kreatif dan Konsep dalam Manajemen Pengembangan
kurikulum, inkonsistensi kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional,
tidak Efektifnya pendidikan di Indonesia, Efisiensi pengajaran di sekolah yang
masih bermasalah, Standarisasi pendidikan di Indonesia yang Rancu berpihak
kepada kebijakan politik sektoral, perilaku warisan para birokrat pendidikan yang
ingin dilayani bukan melayani masyarakat pendidikan, terbatasnya alokasi
anggaran pendidikan, distribusi tenaga pendidik atau guru yang
tidak merata di Indonesia akibat tidak jelasnya peraturan atau perundang-undangan
yang mengatur khusus berkaitan dengan distribusi guru, kebijakan pendidikan
dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan di daerah dan di pusat, Belum adanya
konsep dan metode baku tentang pemerataan kualitas pendidikan sehingga terjadi
dikotomi kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan
Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan
- PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
- UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas
- PP No 23 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan
- PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan
Rumusan Masalah
1. Pengertian dan
Teori Pendidikan
2. Arus perubahan
dan Kecenderungan Pendidikan
3. Pengembangan Konsep Pendidikan ditinjau dari sisi
Agama, Psikologi dan social Budaya
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan adalah untuk
mendeskripsikan tentang Pendidikan dikaji dari Teori, Arus Perubahan dan
kecenderungan serta Pengembangan Konsepnya ditinjau dari sisi Agama, Psikologi
dan Social Budaya
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus yang ingin diperoleh
dari penulisan ini adalah
1) Pengertian dan
Teori Pendidikan
2) Arus perubahan
dan Kecenderungan Pendidikan
3) Pengembangan Konsep Pendidikan ditinjau dari sisi
Agama, Psikologi dan social Budaya
Konsep Pendidikan
Pendidikan
merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses
pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan dibidang ekonomi yang
saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan nasional[6]
Menurut Oemar
Hamalik (2012:75) untuk memahami konsep pendidikan secara umum maka dapat
diajukan berbagai pertanyaan sebagai berikut :
a.
Apa : apa yang dimaksud dengan pendidikan ? pertanyaan ini
menuntut jawaban mengenai definisi pendidikan
b.
Mengapa : pertanyaan
tentang apa tujuan pendidikan yang hendak dicapai? Jawaban atas pertanyaan ini
adalah rumusan berbagai aspek tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional
c.
Untuk siapa : pertanyaan ini berkenaan dengan siapa yang
menjadi sasaran pendidikan ? pertanyaan
ini berkenaan dengan siapa yang menjadi
sasaran pendidikan ? jawaban atas pertanyaan ini adalah konsep peserta didik
d.
Oleh siapa : pertanyaan ini bertalian dengan siapa yang melaksanakan
proses pendidikan ? jawaban atas pertanyaan tersebut adalah pemahaman mengenai
tenaga kependidikan
e.
Bagaimana : pertanyaan ini berkenaan dengan cara dan prosedur
yang ditempuh dalam proses pendidikan . jawaban atas pertanyaan ini adalah
pemahaman tentang konsep kurikulum pembelajaran dan belajar
Teori Pendidikan
Pendidikan
sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia , karena
selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia.
Berikut ini akan dikemukakam beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli :
1)
Carter V. Good (1977 :1 ) mengemukakan bahwa :Pendidikan
adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku
yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi
oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat
mencapai kecakapan social dan mengembangkan kepribadiaannya.[7]
2)
Frederick J. Mc Donald Pendidikan adalah suatu proses atau
kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud
dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang
dilakukan seseorang.
3)
KI Hajar Dewantara Pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam
dan lingkungannya.
4)
S.A. Bratanata dkk (1991 : 69 ) Pendidikan adalah usaha yang
sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk
membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan[8]
Arus Perubahan dan
Kecenderungan Pendidikan
Sudah banyak Kebijakan yang disusun oleh pemerintah demi
memajukan pendidikan di Negara ini dari Strategi, langkah-langkah serta
peningkatan kesejahteraan guru melalui sertifikasi guru diharapkan untuk lebih
berinovasi, dalam pembelajaran dikelas sebagai sarana peningkatan kualitas
menuju siswa yang berkompeten dan berdaya saing
Pendidikan
tidak stagnan dan terus akan berkembang mengikuti zaman seiring dunia ini masih
ada oleh karenanya pemerintah, guru siswa dan masyarakat serta komite harus
siap dalam menghadapi arus perubahan dan kecenderungan pendidikan diantaranya
adalah:
1.
Kemajuan teknologi informasi mengubah konsep, strategi dan praktek pembelajaran di kelas. Guru dituntut
untuk terus menerus-menerus belajar jika ingin menyesuaikaan dengan tuntutan
zaman.
2.
Proses pembelajaran yang bersifat konvensional dinilai sudah tidak cukup
relevan dengan berbagai perubahan yang terjadi. Metode pembelajaran harus bervariasi.
3.
Sekolah juga dituntut menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang
terjadi. Suasana
dan fasilitas sekolah harus mendukung perubahaan-perubahan tersebut.
4.
Persaingan global, menuntut setiap komunitas sekolah dengan seluruh
pemangku kepentingan (stake holders) juga lakukan perubahan dituntut untuk
secara terus menerus memikirkan kemajuan sekolah dan menciptakan budaya sekolah
yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
5.
Di sisi lain birokrasi pendidikan harus mau menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan eksternal yang amat
cepat itu. Aparat yang bertugas untuk menentukan kebijakan makro dunia
pendidikan harus proaktif dan tanggap menyikapi berbagai perubahan yang
terjadi.
6.
Dilihat dari sisi budaya akademik (yang menjadi nyawa/roh dunia
pendiddikan); perubahan yang amat cepat ini bisa menjebak kita untuk hanya
melakukan perubahan-perubahan di tataran fisik tanpa mengubah esensi pendidikan
sebagai wahana untuk mendampingi kaum muda menemukan jatidiri mereka sehingga
mereka dapat berkembang dan mampu menjawab persoalan-persoalan hidup dan
sekaligus mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
7.
Sekolah-sekolah ditantang untuk semakin cerdas meniti arus perubahan zaman
yang luarbiasa hebat ini melalui pilihan-pilihan yang tidak menghilangkan esensi
dasar pendidikan untuk ’memanusiakan manusia muda’.
Dalam konteks
perubahan cepat tersebut, guru tetap harus memiliki peran yang amat besar.
Karenanya mereka harus mendapatkan perhatian yang sungguh serius. Harga diri,
martabat dan kesejahteraan lahir dan batin harus masuk dalam skala prioritas
perhatian para penentu kebijakan.
Menurut Dedi
Mulyasana (2012:23) tuntuan perubahan pendidikan secara perlahan bergeser
kearah yang lebih terbuka profesional dan Demokratis. Dampak dari itu semua
ditenggarai akan terjadi pergeseran paradigma pendidikan. Hal itu akan terlihat
dari gejala sebagai berikut :
a. Kekuatan simbol Ijazah akan bergeser ke
kekuatan kemampuan performa
b. Kekuatan individu akan bergeser ke
kuatan jaringan
c. Kekuatan formal akan bergeser ke daya
pengaruh
d. Persaingan akan bergeser dari harga ke
layanan dan kualitas
e. Persaingan akan bergeser dari darat ke
dunia maya, oleh karena itu jangan jual tenaga, keterampilan ilmu semata, tapi
jualah kepercayaan
f. Sisteam evaluasi belajar yang hanya
mengukur hafalan dan daya ingat akan bergeser ke evaluasi kemampuan total
g. Sumber dan sarana belajar konvensional
akan bergeser ke sumber dan sarana belajar berteknologi tinggi
h. Sistem respon bergeser dari reward dan
punishment ke positve thinking
i.
Kebutuhan kelas akan bergeser dari kebutuhan mencari guru yang pintar ke
guru yang mampu memintarkan anak
j.
Sekolah bukan sekedar mendidika anak yang pintar tapi justru memintarkan
anak yang berkebutuhan khusus
k. Pendekatan keseragaman yang bersifat
statis akan bergeser ke pendekatan keragaman fungsional. Berpakaian rapih,
duduk yang tertib datang dan pulang tepat waktu belum cukup menggambarkan
keberhasilan proses pendidikan
l.
Pembelajaran formalistik akan bergeser ke pembelajaran fungsioanal dengan
menekankan pada penguatan logika iman dan hati
Gejala
pergeseran tersebut akan memaksa pendidikan dikelola secara terencana dengan
tujuan yang jelas dan terukur hasilnya, proses pembelajaran dan pendidikan
lebih menekankan pada kualitas proses daripada kuantitas hasil. Manajemen
pendidikan tidak lagi mengutamakan sesuatu yang bersifat administratif
melainkan pada proses pematangan kualitas hasil
Pengembangan Konsep
Pendidikan ditinjau dari sisi Agama, Psikologi dan social Budaya
1.
Pendidikan ditinjau
dari Sisi Agama
Al-Qur’an merupakan firman
Allah SWT dijadikan pedoman hidup (way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi
keraguan. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut
segala aspek kehidupan manusia dapat dikembangkan sesuai dengan nalar
masing-masing bangsa dan kapanpun masanya dan hadir secara fungsional
memecahkan problem kemanusiaan. Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah
masalah pendidikan.
Al-Qur’an memberi isyarat bahwa
permasalahan pendidikan sangat penting, jika al-Qur’an dikaji lebih mendalam
akan ditemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang dapat dijadikan
inspirasi pengembangan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Ada
beberapa indikasi yang terdapat dalam al-Qur’an berkaitan dengan pendidikan
antara lain; Menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia,
penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan
sosial masyarakat .
Istilah pendidikan bisa
ditemukan dalam al-Qur’an dengan istilah ‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’,
tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah
adalah bentuk masdar dari fi’il madhi rabba , mempunyai pengertian yang sama dengan kata
‘rabb’ berarti nama Allah. Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’,
tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi,
rabbiyun, rabbani. Sebaiknya dalam hadis digunakan istilah rabbani. Semua fonem
tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda.
Pendidikan merupakan arti dari
kata ‘Tarbiyah’ kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabba-yarbu yang
bertambah, tumbuh, dan ‘rabbiya- yarbaa’ berarti menjadi besar, serta
‘rabba-yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga,
memelihara[9].
Pendidikan mempunyai tujuan dan
maksud yang luas sehingga banyak dari para ahli mendefinisikan tentang tujuan
pendidikan islam sebagai hasil breakdown pengertian dari al-quran diantaranya adalah :
1)
Ahmad D Marimba; tujuan pendidikan
Islam adalah; identiuk dengan tujuan hidup orang muslim. Tujuan hidup manusia
munurut Islam adalah untuk menjadi hamba allah. Hal ini mengandung implikasi
kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya .
2)
Ali Ashraf; ‘tujuan akhir pendidikan
Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada
tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umunya”
3)
Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the
fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training”
(tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi
pekerti dan pendidikan jiwa)”
4)
Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan
Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil,
berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai
semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh
2.
Pendidikan ditinjau
dari Sisi Psikologi
Untuk mengetahui
lebih rinci tentang Pendidikan ditinjau dari sisi psikologi sedikitnya kita
harus memahami tentang aliran psikologi tersebut untuk aliran psikologi terbagi
menjadi dua bagian aliran psikologi tingkah laku dan aliran psikologi kognitif
a.
Aliran Psikologi
1)
Aliran psikologi
tingkah laku
Aliran psikologi tingkah laku menekankan pada
perilaku manusia sebagai objeknya dalam hal ini kepemimpinan. Aliran ini
terdiri dari teori pengaitan, penguatan dan hirarki belajar.
a) Teori Pengaitan.
Teori
pengaitan dipelopori oleh Edward L. Thorndike (Orton, 1991:39; Resnick dan
Ford, 1981:13). dengan percobaannya yang menggunakan beberapa jenis hewan, ia
mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori “pengaitan” (connectionism). Teori tersebut
menyatakan belajar pada hewan dan manusia pada dasrnya berlangsung menurut
prinsip yang sama yaitu, belajar merupakan peristiwa terbentuknya ikatan
(asosiasi) antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon
(R) yang diberikan atas stimulus tersebut
Selanjutnya
Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13; dalam
Hudojo,1991:15-16 mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan
respon ini mengikuti hukum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (2) Hukum Latihan (law of exercise), (3) hukum Akibat (law of effect).
b) Teori
Penguatan B.F. Skinner
Skinner
mengembangkan tori belajarnya juga dari hasil percobaan dengan menggunakan
hewan. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat membentuk
tingkah laku manusia melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant conditioning) dan penguatan.
Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan
negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi
suatu tingkah laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya
pengulangan tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku tersebut
diperkuat. Sedangkan penguatan negatif
adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah
laku.
Dari
kedua teori ini dapat ditarik kearah personal dalam memimpin sebuah lembaga
atau instansi bahwa secara psikologi gaya kepemimpinan seseorang berpengaruh
pada proses ia menjalani hidup sehari-hari, karena itu adalah alamiah dasar
manusia semenjak lahir hingga meninggal, sehingga gaya kepemimpinnya banyak dipengaruhi oleh factor dari dalam
diri sendiri, adapun faktor exsteren dipengaruhi oleh 1) ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya 2) pengalaman organisasi 3) literatur dan teori dalam kehidupan
nyata.
2) Aliran Psikologi Kognitif
Teori kognitif adalah bagian
terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat
berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Dalam perspektif psikologi
kognitif belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan behavioral yang
bersifat jasmani, meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata
dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah seorang anak yang
sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat
jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata-kata dan
menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan
pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respon atas stimulus yang
ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh
otaknya.
Hal senada juga disampaikan
oleh Riyanto(2010) Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang
lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berfikir yang sangat komplek. Menurut teori ini ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah tetap
mengalir, dan menyeluruh.
Pendekatan psikologi kognitif
lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia, tingkah laku
manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibakan proses
mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
3.
Pendidikan ditinjau
dari Sisi Sosial Budaya
Pendidikan merupakan investasi
besar bagi suatu negara. Pendidikan menyangkut kepentingan semua warga negara,
masyarakat, negara, institusi-institusi dan berbagai kepentingan lain. Ini
disebabkan pendidikan berkaitan erat dengan outcomenya berupa tersedianya SDM
yang handal untuk menyuplai berbagai kepentingan. Oleh sebab itu titik berat pembangunan
pendidikan terletak pada peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang, serta
perluasan kesempatan belajar pada pendidikan dasar. Pendidikan memegang kunci
keberhasilan suatu negara di masa depan. Namun kenyataan membuktikan, khususnya
di Indonesia, pendidikan masih belum dipandang vital, khususnya oleh para
pemegang tampuk kepemimpinan negara.
Menurut Tilaar (2004),
pendidikaan saat ini telah direduksikan sebagai pembentukan intelektual semata
sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya dan hilangnya identitas
lokal dan nasional
Pendidikan dilihat dari sisi
social budaya terdapat fungsi landasan diantara fungsinya adalah
1)
mewujudkan masyarakat yang cerdas
2)
Transmisi budaya
3)
Pengendalian Sosial
4)
Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT
5)
Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Landasannya
adalah :
1)
Hubungan sistem
pendidikan dengan aspek masyarakat lain
2)
Hubungan
kemanusiaan
3)
Pengaruh sekolah
pada anggotanya
4)
Sekolah dalam
komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya
Anggota masyarakat berusaha
melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga
terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan
tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
ü Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
ü al-Abrasy M. Athiyah. 1968. At-Tarbiyah
al-Islamiyah (terj; Bustami A.Goni, dan Djohar Bakry) Bulan Bintang. Jakarta.
ü
Al-Abrasy M. Athiyah. 1969. At-Tarbiyah al-Islamiyah wal
Falsafatuha, Isa al-Baby al-Halaby.Qahirah
ü Carter V Good, 1977, Konsep Pendidikan Moral
ü Dedi Mulyasana,2012 Pendidikan
Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung : Remaja Rosda Karya
ü Hamalik,Oemar, 2012, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
Rosdakarya Bandung Hal.75
ü http:siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/education.pdf
ü Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep,
strategi, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
ü SA
Bratananta, 1991, Ilmu Pendidikan,
UNY Press Jogjakarta
ü
Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta UU Sikdiknas. 2006
ü Tafsir Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam
Perspektif Islam. Rosda Karya. Bandung
ü Yatim
Riyanto, 2010, Paradigma Baru pembelajaran, Jakarta:Kencana
[1]
Dedi Mulyasana,2012 Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung : Remaja Rosda Karya
[2]Ibid
Hal 2
[3] Abudin
Nata, Manajemen Pendidikan Indonesia,
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
[4] Mulyasa,
E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah:
Konsep, strategi, dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
[5] http:siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/education.pdf
[6] Hamalik,Oemar,
2012, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
Rosdakarya Bandung Hal.75
[7]
Carter V Good, 1977, Konsep Pendidikan
Moral
[8] SA
Bratananta, 1991, Ilmu Pendidikan,
UNY Press Jogjakarta
[9] Tafsir
Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Rosda Karya.
Bandung